Smart ASN 6.0, Tipikal ASN Kementerian Agama RI

Smart ASN 6.0, Tipikal ASN Kementerian Agama RI

Oleh: Dr.H.Muhammad Nasir.S.Ag.MH, Kakan Kemenag Kabupaten Anambas

Istilah Smart ASN 6.0 belum dikenal dalam dunia birokrasi. Istilah ini muncul ketika penulis membaca arahan Menteri Agama RI, Prof.Dr.KH.Nasaruddin Umar, MA ketika ia mengenalkan Asta Protas atau delapan program prioritas Kemenag berdampak.

Program ini merupakan langkah konkret Kementerian Agama untuk menyelesaikan Asta Cita serta 17 program prioritas yang telah ditetapkan Presiden dan Wakil Presiden RI.

Dalam arahannya, Menag menginspirasikan sebuah strategi global yang sangat cerdas dan potensial yang dapat menjawab tantangan modernisasi di dunia birokrasi, khususnya di Kementerian Agama. Sebuah instansi/lembaga dapat eksis dan survive di tengah arus globalisasi ketika lembaga itu memiliki SDM yang cerdas dan bijak dalam membaca dan menjawab tantangan. Untuk itu Kementerian Agama RI wajib memiliki ASN yang cerdas dalam menyelesaikan tugas dan fungsinya. ASN yang cerdas tersebut penulis sebut sebagai Smart ASN 6.0.

Menjadi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di era 6.0 bukan sekedar menjalankan profesi dengan memenuhi tugas, fungsi dan tanggungjawab sebagai abdi negara. Lebih dari itu, banyak tuntutan professional yang mesti diemban seiring dengan perkembangan globalisasi yang terus berpeoses. Sebagai pelayan masyarakat wajib mengikuti perkembangan yang terjadi dan menguasai bidang tugas dan fungsi serta bekerja dengan menggunakan perangkat tehnologi pendukung. Menguasai tehnologi adalah kunci yang utama dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab.

Mengarungi era 6.0, ASN semakin dituntut lebih progresif, adabtif dan komunikatif dalam menjalankan tugasnya. Seluruh layanan yang didibutuhkan masyarakat berbasis teknologi sebab itu ASN wajib inspiratif dalam membaca dan melayani kebutuhan masyarakat. Layanan di era 6.0 menghendaki ASN tidak sekedar menguasai ilmu pengetahuan teknologi, tetapi juga dapat mengembangkan dan menggunakan pengetahuan dan teknologi itu sesuai dengan tuntutan kebutuhan perkembangan masyarakat modern.

Sebagaimana dimaklumi bahwa masyarakat Era 6.0 memiliki ketergantungan yang sangat tinggi kepada teknologi. Apalagi dengan lahirnya fitur aplikasi Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan teknologi bahkan denyut jantung kehidupannya dikendalikan oleh teknologi. Untuk menghadapi masyarakat demikian, ASN harus dapat bersaing dan memiliki kemampuan yang cukup, baik yang berbasis IMTEK maupun IMTAQ dalam sistem siber technology, yang memungkinkan pembelajaran terus menerus tanpa batas ruang dan waktu.

 

Dalam bahasa agama ASN demikian adalah yang memiliki dan meningkatkan kemampuan ilmu, iman dan amal saleh tiada henti yang di dukung dengan penguasaan tehnologi yang mapan.

Agama sangat menganjurkan manusia untuk bekerja dengan kualitas terbaik. Sebagai pelayan masyarakat, ASN adalah bagian dari manusia yang memiliki tanggung jawab moral, sosial, dan individual dalam penyelesaian tugas dan fungsinya. Dalam Islam umpamanya, Al-Qur'an menganjurkan agar seorang mukmin menjadi inspirator kebaikan bagi orang lain. Wujudnya dalam hal ini adalah inspirator yang cerdas dalam mengembangkan tugas dan fungsi sebagai pelayan masyarakat. Untuk itu sebegai Smart ASN 6.0 wajib memiliki:

Pertama, ASN menguasai Artificial Intelligence (AI) dalam tugasnya. Smart ASN 6.0 adalah tipikal yang menguasai AI dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Mereka tidak sekedar hadir dalam ruang-ruang cyber tetapi memiliki kemampuan mengendalikan dampak cyber technology dalam bekerja. Kehadiran mereka membawa perubahan dan melekat pada kepribadiannya sebagai seorang "modernitas" yang memiliki banyak inspirasi dan persepsi.

Ciri-ciri ASN modernis adalah: 1). Memiliki perubahan pola fikir dari fixed mindset ke grow mindset. Ia lebih kritis, rasional, dan emosional yang stabil serta mampu mengembangkan diri dengan sandaran agama yang kuat. 2). Memiliki kemampuan mengikuti perkembangan teknologi dan menggunakannya dengan cepat dan tepat untuk layanan yang berdampak mengubah banyak aspek kehidupan keagamaan. 3). Memiliki kemampuan dalam membangun persepsi pola urbanisasi dari persepsi desa modern ke kota hijau. dan 4). Memiliki kemampuan menyeleksi ketergantungan globalisasi yang menyebabkan pengalaman individu, institusi sosial, dan ruang dan waktu terpisah menjadi persepsi penyatuan dalam tenda global yang religious dan bermoral.

Kedua, Smart ASN 6.0 adalah tipikal pegawai yang menguasai, mengendalikan dan memiliki solutif terhadap tantangan kemajuan teknologi (technological challenges). Smart ASN 6.0 memiliki kemampuan dalam upaya membebaskan manusia dari otoritas tradisional dan membangun masyarakat yang lebih kritis dan rasional melalui tugas dan fungsinya. Mereka berupaya untuk merenungkan berbagai aspek kehidupan sosial yang sedang dihadapi dalam berbagai asfek, termasuk ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Ketiga,; Memiliki budaya kerja yang persfektif. Budaya kerja adalah faktor yang sangat menentukan keberhasilan seorang ASN. Tercapai atau tidaknya Visi, Misi dan tujuan instansi/lembaga sangat ditentukan oleh perilaku kerja dan budaya kerja ASN di instansi tersebut.

Adapun ciri Smart ASN 6.0 yang memiliki budaya kerja perspektif adalah memiliki budaya kerja yang berke-Tuhanan. Mereka memiliki kesadaran spiritual yang tinggi dalam bekerja. Mereka mencintai pekerjaanya dan cenderung berkreasi positif dan menampilkan yang terbaik dalam setiap rencana kerja sehingga pekerjaan yang dilakukan bukan hanya berorientasi jangka pendek di dunia (duniawi oriented ) tetapi juga berorientasi akhirat (ukhrawi oriented).

Sebab itu, persepsi mereka dalam bekerja, bahwa bekerja tidak hanya diawasi oleh atasan atau tim pengawasan ataupun auditor tetapi bekerja juga diawasi oleh Tuhannya.

Disamping ciri diatas, Smart ASN 6.0 harus menguasai dan telah melaksanakan prinsip dan nilai budaya kerja yang telah dicanangkan di Kementerian Agama RI yaitu, Pertama, Nilai integritas. ASN harus menjunjung tinggi nilai integritas dalam menjalankan Amanah dan tanggungjawab sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Nilai integritas adalah nilai yang membangun sikap dan perilaku ASN yang selaras antara hati, pikiran dan perbuatan yang baik dan benar. Nilai ini mengandung makna bahwa apa yang dikatakan dan yang diucapkan serta yang dilakukan sejalan dengan niat baik dalam hati. ASN yang berintegritas akan bertekat dan berkemauan tinggi untuk berbuat yang baik dan benar. Ia akan berpikiran positif, arif, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi. Ia akan mematuhi peraturan perundang undangan serta menolak korupsi, suap dan gratifikasi. ASN yang berintegritas, apapun yang ia lakukan dalam pekerjaannya akan dikomandoi oleh kata hatinya, sehingga Bahasa bathin terwujud dalam Bahasa perbuatan nyata. Hal ini sejalan dengan QS. 39:39. ”Katakanlah hai kaumku, bekerjalah sesuai keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula) maka kelak kamu akan mengetahui (QS.Az-Zumar;39).

Menurut ayat diatas, bekerja adalah perintah kepada siapun, sehingga dalam ayat ini bekerja adalah kewajiban, maka bagi seseorang bekerja bukan hanya sekedar melalukan sesuatu tanpa tujuan. Di dalam pekerjaan terdapat tujuan suci yang menjadi harapan besar yang akan mengantarkan seseorang kepada nilai yang amat mulia yaitu pahala disi Allah SWT. Nilai itu akan diketahui dan didapatkan tidak hanya pada waktu berada di dunia tetapi juga diakhirat kelak.

Jadi Islam menempatkan budaya kerja bukan sekedar sisipan atau perintah sambil lalu, tetapi menempatkannya sebagai tema sentral dalam pembangunan umat manusia, terlebih di kalangan ASN. Bekerja dengan integritas adalah bekerja dengan hati Nurani.

Integritas adalah satu kata dengan perbuatan dan jauh dari sifat bohong dan selalu menjunjung tinggi kejujuran. Stephen R.Covey membedakan antara kejujuran dan integritas, beliau mengatakan: “Honesty in telling the truth, in other word, conforming our words to reality is conforming to our words, in other word, keeping promisesand ful filling expectation.” Kejujuran berarti menyampaikan kebenaran, ucapannya sesuai dengan kenyataan. Sedangkan integritas membuktikan tindakannya sesuai dengan ucapannya.

ASN yang mempunyai integritas dan kejujuran adalah ASN yang merdeka. Mereka mununjukan keautentikan dirinya sebagai seorang yang memiliki tanggungjawab dan berdedikasi. Integritas hanya tumbuh dari peribadi-peribadi cemerlang yang memiliki harga diri.Tanpa harga diri, manusia bukanlah manusia dalam pengertian spiritual, melainkan dia hanyalah binatang cerdas yang pandai memainkan perannya sebagai manusia.

Kedua: Nilai profesionalitas (Al-Mubaadarah). ASN yang menjunjung tinggi nilai profesionalitas adalah bukti memiliki budaya kerja yang berorientasi kepada disiplin tinggi, kompeten dan tepat waktu dengan hasil terbaik. Pofesionalita ditandai dengan beberapa indicator yaitu; melakukan pekerjaan sesuai dengan kompetensi jabatan, disiplin dan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Melakukan pekerjaan secara terukur, melaksanakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu dan menerima dengan ikhlas reward and punishman sesuai dengan ketentuan.

Dalam pandangan Islam bekerja adalah ibadah di hadapan Allah SWT dan bermanfaat dihadapan manusia. Untuk itu Islam memandang ASN yang profesional memiliki ciri utama yaitu; 1). Kafa’ah; yaitu adanya keahlian dan kecakapan dalam bidang pekerjaan yang dilakukan. Sehubungan dengan hal ini, Islam menetapkan bahwa seseorang yang akan diangkat untuk posisi, jabatan atau tugas tertentu, harus memiliki keahlian dan kecakapan dalam tugas atau jabatan itu. Atas dasar itu seorang ASN yang akan diangkat haruslah dipilih dari orang-orang yang tepat. Islam mengingatkan Tindakan mengangkat orang yang bukan ahlinya atau orang yang tidak tepat dianggap melanggar amanat dan berkhiyanat kepada Allah SWT, Rasul-Nya dan terhadap umat.

Hadits Rasulullah menjelaskan yang diriwayatkan oleh Al-Hakim: ”Barang siapa yang mengangkat seseorang sebagai pemegang Amanah (ASN) padahal ia tahu bahwa di dalam kelompok itu terdapat orang yang lebih baik, maka ia telah menghianati Allah SWT, menghiyanati RasulNya, dan mengkhianati kaum Muslimin.” (HR.Al-Hakim). Dengan demikian Islam sangat menentingkan keahlian dan kecakapan seseorang dalam menjalankan setiap urusan dan pekerjaan.

2). Himmatul ‘amal. Yaitu memiliki semangat atau etos kerja yang tinggi. Menurut Yusuf Qardhawi (2019), kerja manusia merupakan produksi yang terpenting. Kerja adalah amal usaha yang dengannya bumi atau alam diolah dan dikeluarkan segala kebaikan dan manfaatnya. Islam menganggap kerja sebagai hal yang suci karena merupakan penghambaan kepada Allah SWT (ibadah) yang melibatkan penggunaan ilmu pengetahuan dn perbuatan atau amal usaha.

Kerja yang dimaksud disini tentunya adalah perbuatan yang memberikan manfaat terbaik kepada orang dan makhluk lain. Etos kerja mengandung makna dan nilai yang sangat mulia. Karena etos kerja merupakan aktor penentu pada sebuah keberhasilan, maka sekurang-kurangnya terdapat dua dimensi penting dalam bekerja, yaitu; pertama hakikat bekerja. Hakikat bekerja adalah fitrah manusia yang secara keniscayaan demikian (conditio cine quanone).

Manusia hanya bisa memanusiakan dirinya lewat bekerja, kedua; bekerja merupakan sebuah berkah yang harus disyukuri dengan menunjukan tanggungjawab, kesungguhan dan gairah untuk melakukannya lebih baik menuju prestasi yang menjulang.

Dalam perspektif diatas ASN bekerja tidak hanya hanya sekedar untuk mendapat gaji dan tunjangan apalagi pujian, tetapi bekerja diiringi dengan tanda syukur dengan cara memberi makna pada pekerjaan tersebut. Dalam hatinya timbul ikhtiar agung dengan motto;”Bekerja itu Ibadah, berprestasi itu Indah.” 3). Amanah. Yaitu sikap yang dapat dipercaya, jujur dan betanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya serta tidak berkhiyanat terhadap jabatan yang didudukinya.

ASN yang terpercaya, jujur dan bertanggungjawab adalah cermin Smart ASN 0.6 yang menjadi tumpuan masa depan. Mereka memiliki kepercayaan dan menyadari akan pentingnya kualitas diri dan mengembangkannya terus-menerus sehingga menjadi peribadi yang dapat ditoladani oleh generasi berikutnya.

Menurut Daniel Goleman (1998), bahwa ciri orang yang Amanah atau dapat dipercaya diantaranya adalah; 1) Dia bertindak berdasarkan etika dan tidak pernah mempermalukan orang lain, 2) Membangun kepercayaan diri dan autentisitas (kemurnian, kejujuran),3) Berani mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidak etis orang lain, 4) Berpegang kepada prinsip secara teguh, walaupun resikonya tidak disukai serta memiliki komitmen dan mematuhi janji, 5) Bertanggung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan mereka serta terorganisasi dan cermat dalam bekerja.

Dalam jiwa ASN yang memiliki sifat Amanah ada cahaya benderang yang memantulkan akhlak serta sikap moral yang terpuji. Dirinya telah dibelenggu, dikuasai dan diperbudaki oleh kejujuran. Dia merasa merdeka karena terpenjara oleh kejujuran.

Sekecil apapun sebuah tindakan yang menyimpang dari nilai kejujuran, berarti pengkhianatan terhadap nilai kemerdekaan. Orang yang tidak jujur berarti menipu dirinya sendiri. Mereka berani menyatakan sikap secara transparan terbebas dari segala kepalsuandan penipuan/free from froud or deception. Hatinya terbuka dan selalu bertindak lurus dan kerenanya mereka memiliki keberanian moral yang sangat kuat.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Jauhi dusta karena dusta membawa dosa dan dosa membawamu ke neraka. Biasakanlah jujur karena jujur akan membawamu kepada kebajikan dan kebajikan membawamu ke surga.”

 

Kejujuran bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan bisikan hati Nurani yang secara terus menerus mengetuk-ngetuk dan membisikan nilai moral luhur yang didorong gelora cinta yang meng-Ilahi (transcendent). Kejujuran bukan sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah panggilan dari dalam, sebuah keterikatan tetapi sekaligus membebaskan dirinya sebagai manusia merdeka. Kejujuran adalah jalan kebenaran yang lurus, jalan yang akan berakhir dalam pelukan cinta ilahi-Rabbi.

Ketiga: Nilai Inovasi (Al-Ibdaa’i). Inovasi merupakan budaya kerja dengan menyempurnakan yang ada dan mengkreasi hal baru yang lebih baik. Inovasi merupakan kretaivitas dan pengembangan yang mencakup seluruh kegiatan untuk mengenali kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pelayanan yang tepat. ASN yang memiliki inovasi yang tinggi akan selalu melakukan penyempurnaan dan perbaikan berkala serta berkelanjutan. ASN yang inovatif bersikap terbuka dalam menerima ide baru yang konstruktif, selalu meningkatkan kompetensi dan kapasitas peribadi, berani mengambil terobosan dan solusi dalam memecahkan masalah serta memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi dalam bekerja serta efektif dan efisien.

ASN inovatif, rasa ingintahu merupakan sikap yang melekat pada dirinya sehingga mendorong untuk berprestasi sekaligus menumbuhkan semangat ingin bersaing (competitiveness) untuk menampilkan karya-karya prestatif sebagai bentuk rasa syukurnya kepada Sang Khaliq. Dengan demikian inovatif merupakan kecendrungan diri untuk melahirkan sesuatu yang benar-benar baru.

Seorang inovator (ASN) adalah seorang proaktif serta spontan dalam memberikan respon terhadap lingkungan kerjanya, penuh antusiasme, dan terbuka. Kesadaran mereka terhadap berbagai hal sangat kuat kerena mereka sadar bahwa lebih banyak informasi akan mendorong dirinya lebih adaptif dengan segala gagasan dan tantangan baru.

Seorang innovator sekaligus seorang kretaor yang sering disebut dengan star performer. Menurut Goleman (1978), mereka memiliki ciri antara lain; 1) Memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka sangat bergairah untuk meningkatkan dan memenuhi standar keunggulan. Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil resiko yang diperhitungkan. Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurani ketidakpastian dan mencari jalan yang terbaik serta tekun belajar untuk meningkatkan kualitas diri 2) Memiliki komitmen yang tinggi dan setia kepada visi dan sasaran Lembaga/instansi secara individu dan kalompok, 3) Memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi. Keempat; Tanggungjawab (Amaanah).

ASN yang memiliki tanggungjawab ia akan bekerja secara tuntas dan konsekuen. Ia menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu, berani mengakui kesalahan, bersedia menerima konsekuensi dan melakukan langkah-langkah perbaikan serta mampu mengatasi masalah dengan baik. Mereka merasakan seluruh perbuatannya adalah Amanah dan misi suci yang harus diperankannya di muka bumi. Itulah sebabnya ASN sejati selalu berangkat dari iman yang kuat kepada Tuhan-Nya, sehingga ia merasakan kedamaian, ketentraman jiwa, dan hidupnya aman karena merasa yakin dirinya tidak sendirian sebab ada Yang Maha Kuasa bersamanya.

Tanggungjawabnya diawali dari prinsif keyakinan, maka perilaku ASN yang bertanggungjawab selalu bersandar dengan kebenaran (sense of the truth). Kebenaran menyebabkan dirinya menjadi orang yang patut untuk dipercaya karena seluruh perilaku, tindakan, dan perkatannya selalu benar. Kelima; Ketoladanan (al-Uswah Hasanah).

Keteladanan adalah menjadi contoh yang baik bagi orang lain. ASN yang memiliki kepribadian yang dapat ditoladani akan menunjukan dan memiliki akhlak terpuji dalam setiap ucapan dan tindakan. Mereka akan memberikan pelayanan dengan sikap yang baik, penuh keramahan, dan adil. Ketoladanan merupakan sikap nyata sebagai cermin bagi orang lain dan menjadi tolok ukur dalam beberapa hal diantaranya; 1) Teladan dalam ketegaran dan keteguhan hati serta kesabaran dalam perjuangan, 2) Keteladanan dalam ibadah dan akhlak atau moralitas, dan 3) Toladan dalam kezuhudan atau sikap asketisnya dalam hidup.

Semua sikap tersebut tercermin dalam setiap tindakan dan perilaku kinerja yang diembannya.

Dengan demikian, Smart ASN 6.0 merupakan era SDM Kementerian Agama, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi perangkat strategis untuk menjawab tantangan globalisasi serta menjadi cara dan gaya hidup sehari-hari di lingkungan tempat kerja organisasi (Kemenag), sehingga layanan keagamaan berdampak dapat secara efektif menjadi wujud dalam masyarakat.

Dengan kata lain, Smart ASN 6.0 merupakan generasi ASN yang mandiri, berwawasan luas, serta mampu berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Mereka adalah ASN yang solutif terhadap tantangan globalisasi dan cerdas beradaptasi dengan dunia modern yang terus berubah.***

 

 

#Umum
SHARE :
Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin

LINK TERKAIT